Hukum Qunut Subuh | An- Nashihah Online Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi PERTANYAAN Salah satu masalah kontroversial di tengah masyarakat adalah qunut Shubuh. Sebagian menganggapnya sebagai amalan sunnah, sebagian lain menganggapnya pekerjaan bid’ah. Bagaimanakah hukum qunut Shubuh sebenarnya? JAWABAN Dalam masalah ibadah, menetapkan suatu amalan bahwa itu adalah disyariatkan (wajib maupun sunnah) terbatas pada adanya dalil dari Al- Qur`an maupun As- sunnah yang shahih menjelaskannya. Kalau tidak ada dalil yang benar, hal itu tergolong membuat perkara baru dalam agama (bid’ah), yang terlarang dalam syariat Islam sebagaimana dalam hadits Aisyah riwayat Bukhary- Muslim, مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَد ٌّ. Siapa yang yang mengadakan hal baru dalam perkara kami ini (dalam Agama- pent.) apa yang sebenarnya bukan dari perkara maka hal itu tertolak.” Dan dalam riwayat Muslim, “Siapa yang berbuat satu amalan yang tidak di atas perkara kami maka ia (amalan) tertolak.” Hal ini hendaknya dijadikan sebagai kaidah pokok oleh setiap muslim dalam menilai suatu perkara yang disandarkan kepada agama. Setelah mengetahui hal ini, kami akan berusaha menguraikan pendapat- pendapat para ulama dalam masalah ini. Uraian Pendapat Para Ulama Ada tiga pendapat di kalangan ulama tentang disyariatkan atau tidaknya qunut Shubuh. Pendapat pertama , qunut shubuh disunnahkan secara terus- menerus. Ini adalah pendapat Malik, Ibnu Abi Laila, Al- Hasan bin Shalih, dan Imam Syafi ’iy. Pendapat kedua , qunut shubuh tidak disyariatkan karena sudah mansukh ‘ terhapus hukumnya’. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Sufyan Ats- Tsaury, dan lain- lainnya dari ulama Kufah. Pendapat ketiga , q unut pada shalat shubuh tidaklah disyariatkan kecuali pada qunut nazilah yang boleh dilakukan pada shalat shubuh dan pada shalat- shalat lainnya. Statistical Techniques | Statistical Mechanics. Ini adalah pendapat Imam Ahmad, Al- Laits bin Sa’d, Yahya bin Yahya Al- Laitsy, dan ahli fiqih dari para ulama Ahlul Hadits. Dalil terkuat yang dipakai oleh para ulama, yang menganggap qunut subuh itu sunnah, adalah hadits berikut ini. Terus- menerus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam qunut pada shalat Shubuh sampai beliau meninggalkan dunia.” Dikeluarkan oleh ‘Abdurrazzaq dalam Al- Mushannaf 3/1. Ahmad 3/1. 62, Ath- Thahawy dalam Syarh Ma’ani Al Atsar 1/2. Ibnu Syahin dalam Nasikhul Hadits Wa Mansukhih no. Al- Hakim dalam Al- Arba’in sebagaimana dalam Nashbur Rayah 2/1. 2014年2月 代理店一覧に、有限会社白馬ヤマトヤが追加されました。 詳しくはこちら 2013年12月 西尾家具工芸社ショールーム. The phrase Asma ul Husna, made up of the word asma, the plural for "name", and husna, meaning beautiful or most beautiful, means "Allah's. Assalamu ‘alaykum. Ana mohon izin untuk meng-share tulisan-tulisan dalam situs ini untuk diposting di blog ana (sumber tulisan akan dicantumkan).Al- Baihaqy 2/2. 01 dan dalam Ash- Shugra ` 1/2. Al- Baghawy dalam Syarhus Sunnah 3/1. Ad- Daraquthny dalam Sunan - nya 2/3. Al- Maqdasy dalam Al- Mukhtarah 6/1. Ibnul Jauzy dalam At- Tahqiq no. Al- ‘Ilal Al- Mutanahiyah no. Al- Khatib Al- Baghdady dalam Mudhih Auwan Al- Jama’ Wa At- Tafriq 2/2. Al- Qunut sebagaimana dalam At- Tahqiq 1/4. Semuanya dari jalan Abu Ja’far Ar- Razy, dari Ar- Rabi’ bin Anas, dari Anas bin Malik. Hadits ini dishahihkan oleh Muhammad bin ‘Ali Al- Balkhy dan Al- Hakim sebagaimana dalam Khulashatul Badrul Munir 1/1. Imam Al- Baihaqy. Namun Imam Ibnu Turkumany dalam Al- Jauhar An- Naqy berkata, “Bagaimana bisa sanadnya menjadi shahih sedangkan rawi yang meriwayatkannya dari Ar- Rabi’ bin Anas adalah Abu Ja’far ‘Isa bin Mahan Ar- Razy mutakallamun fihi (dikritik)?” Berkata Ibnu Hambal dan An- Nasa`i, “Laisa bil qawy (bukan orang yang kuat).” Berkata Abu Zur’ah, “Yahimu katsiran (Banyak salahnya).” Berkata Al- Fallas, “Sayyi`ul hifzh (Jelek hafalannya).” Berkata pula Ibnu Hibban, “Dia bercerita dari rawi- rawi yang (membuat) masyhur hal- hal yang mungkar.” Ibnul Qayyim, dalam Zadul Ma’ad jilid I hal. Ibnu Taimiyah, tentang salah satu bentuk hadits mungkar yang diriwayatkan oleh Abu Ja’far Ar- Razy, berkata, “Dan yang dimaksudkan bahwa Abu Ja’far Ar- Razy adalah orang yang memiliki hadits- hadits yang mungkar, sama sekali tidak dipakai berhujjah oleh seorang pun dari para ahli hadits periwayatan haditsnya yang ia bersendirian dengannya.” Bagi siapa yang membaca keterangan para ulama tentang Abu Ja’far Ar- Razy ini, akan melihat bahwa kritikan terhadap Abu Ja’far ini adalah jarh mufassar ‘ kritikan yang jelas menerangkan penyebab kelemahan seorang rawi’. Maka apa yang disimpulkan oleh Ibnu Hajar dalam Taqribut Tahdzib sudah sangat tepat. Beliau berkata, “Shaduqun sayyi`ul hifzh khusushan ‘anil Mughirah ‘ jujur tapi jelek hafalannya, terlebih lagi riwayatnya dari Mughirah’.” Maka Abu Ja’far ini lemah haditsnya dan hadits qunut subuh yang ia riwayatkan ini adalah hadits yang lemah bahkan mungkar. Dihukuminya hadits ini sebagai hadits yang mungkar karena 2 sebab: Pertama , makna yang ditunjukkan oleh hadits ini bertentangan dengan hadits shahih yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam tidak melakukan qunut kecuali qunut nazilah, sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik,أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَقْنُتُ إِلاَّ إِذَا دَعَا لِقَوْمٍ أَوْ عَلَى قَوْمٍ “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam tidak melakukan qunut kecuali bila beliau berdoa untuk (kebaikan) suatu kaum atau berdoa (kejelekan atas suatu kaum).” Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah 1/3. Ibnul Jauzi dalam At- Tahqiq 1/4. Syaikh Al- Albany dalam Ash- Shahihah no. Kedua , adanya perbedaan lafazh dalam riwayat Abu Ja’far Ar- Razy ini sehingga menyebabkan adanya perbedaan dalam memetik hukum dari perbedaan lafazh tersebut dan menunjukkan kelemahan dan ketidaktetapan Abu Ja’far Ar- Razy dalam periwayatan. Kadang ia meriwayatkan dengan lafazh yang disebut di atas dan kadang meriwayatkan dengan lafazh, أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ فٍي الْفَجْرِ “Sesungguhnya Nabi shallahu ‘alahi wa alihi wa sallam qunut pada shalat Subuh.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al- Mushannaf 2/1. Darut Taj) dan disebutkan pula oleh Imam Al Maqdasy dalam Al- Mukhtarah 6/1. Kemudian sebagian para ulama Syafi’iyah menyebutkan bahwa hadits ini mempunyai beberapa jalan lain yang menguatkan hadits tersebut, maka mari kita melihat jalan- jalan tersebut. Jalan Pertama , dari jalan Al- Hasan Al- Bashry, dari Anas bin Malik, beliau berkata, قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ وَعُمْرَ وَعُثْمَانَ وَأَحْسِبُهُ وَرَابِعٌ حَتَّى فَارَقْتُهُمْ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, dan saya (perawi) menyangka “dan keempat” sampai saya berpisah dengan mereka”. Hadits ini diriwayatkan dari Al- Hasan oleh dua rawi, Pertama , ‘Amru bin ‘Ubaid. Dikeluarkan oleh Ath- Thahawy dalam Syarh Ma’ani Al- Atsar 1/2. Ad- Daraquthny 2/4. Al- Baihaqy 2/2. 02, Al- Khatib dalam Al- Qunut dan dari jalan Al- Khatib, Ibnul Jauzy meriwayatkannya dalam At- Tahqiq no. Adz- Dzahaby dalam Tadzkirah Al- Huffazh 2/4. Dia adalah gembong kelompok sesat Mu’tazilah dan, dalam periwayatan hadits, dianggap sebagai rawi yang matrukul hadits ‘ ditinggalkan haditsnya’. Kedua , Isma’il bin Muslim Al Makky, dikeluarkan oleh Ad- Daraquthny dan Al- Baihaqy. Dia dianggap matrukul hadits oleh banyak imam (baca Tahdzibut Tahdzib ). Catatan Berkata Al- Hasan bin Sufyan dalam Musnad - nya, “Menceritakan kepada kami Ja’far bin Mihran, (ia berkata) menceritakan kepada kami ‘Abdul Warits bin Sa’id, (ia berkata) menceritakan kepada kami Auf, dari Al- Hasan, dari Anas, beliau berkata,صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقْتُهُ “Saya shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam maka beliau terus- menerus qunut pada shalat Subuh sampai saya berpisah dengan beliau.” .” Riwayat ini merupakan kekeliruan dari Ja’far bin Mihran sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Adz- Dzahaby dalam Mizanul I’tidal 1/4. Abdul Warits tidak meriwayatkan dari Auf, tetapi dari ‘Amru bin ‘Ubaid sebagaimana dalam riwayat Abu ‘Umar Al Haudhy dan Abu Ma’mar - dan beliau(?) ini adalah orang yang paling kuat riwayatnya dari ‘Abdul Warits- . Jalan kedua , dari jalan Khalid bin Da’laj, dari Qatadah, dari Anas bin Malik, صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ عُمَرَ فَقَنَتَ وَخَلْفَ عُثْمَانَ فَقَنَتَ “Saya shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam lalu beliau qunut, dan di belakang ‘Umar lalu beliau qunut, dan di belakang ‘Utsman lalu beliau qunut.” Dikeluarkan oleh Al Baihaqy 2/2. Ibnu Syahin dalam Nasikhul Hadits Wa Mansukhih no. Hadits di atas disebutkan oleh Al Baihaqy sebagai pendukung untuk hadits Abu Ja’far Ar- Razy, tetapi Ibnu Turkumany, dalam Al- Jauhar An- Naqy , menyalahkan hal tersebut dengan berkata, “Butuh dilihat keadaan Khalid, apakah bisa dipakai sebagai syahid (pendukung) atau tidak, karena Ibnu Hambal, Ibnu Ma’in dan Ad- Daraquthny melemahkannya dan Ibnu Ma’in berkata (di kesempatan lain), ‘ Laisa bi syay`in ‘ tidak dianggap’,’ dan An- Nasa`i berkata, ‘ Laisa bi tsiqah ‘ bukan tsiqah’.’ Dan tidak seorang pun dari pengarang Kutubus Sittah yang mengeluarkan haditsnya. Dan dalam Al- Mizan, Ad Daraquthny mengategorikannya ke dalam rawi- rawi yang matruk. Kemudian yang aneh, di dalam hadits Anas yang lalu, perkataannya, ‘ Terus- menerus beliau qunut pada shalat Subuh hingga beliau meninggalkan dunia,’ tidak terdapat dalam hadits Khalid. Yang ada hanyalah ‘ Beliau (Nabi) ‘alaihis salam qunut,’ dan ini adalah perkara yang ma’ruf ‘ dikenal ‘ . Dan yang aneh hanyalah (perkataan) ‘ terus- menerus melakukannya sampai meninggal dunia’. Maka, terlepas dari anggapan dia yang cocok sebagai pendukung, bagaimana haditsnya bisa dijadikan sebagai syahid (pendukung)?” Jalan ketiga , dari jalan Ahmad bin Muhammad, dari Dinar bin ‘Abdillah, dari Anas bin Malik, مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْصُبْحِ حَتَّى مَاتَ “Terus- menerus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam qunut pada shalat Subuh sampai beliau meninggal.” Dikeluarkan oleh Al- Khatib dalam Al- Qunut , dan dari jalan Al- Khatib, Ibnul Jauzy meriwayatkannya dalam At- Tahqiq no.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
October 2017
Categories |